LOMBA BACA PUISI KARYA TAUFIK ISMAIL
PUISI BABAK PENYISIHAN
REFLEKSI SEORANG PEJUANG TUA
Tentara rakyat telah melucuti kebatilan
Setelah mereka menyimak deru sejarah
Dalam regu perkasa mulailah melangkah
Karena perjuangan pada hari-hari ini
Adalah perjuangan dari kalbu yang murni
Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya
Kecuali dua puluh tahun yang lalu
Mahasiswa telah meninggalkan ruang-kuliahnya
Pelajar muda berlarian ke jalan-jalan raya
Perajurit keadilan bangkitlah menegak kebenaran
Mereka kembali menyeru-nyeru
Nama kau, Kemerdekaan
Seperti dua puluh tahun yang lalu
Spiral sejarah telah mengantarkan kita
Pada titik ini
Tak ada seorang pun tiran
Sanggup di tengah jalan mengangkat tangan
Dan berseru: Berhenti!
Tidak ada. Dan kalau pun ada
Tidak bisa
Karena perjuangan pada hari-hari ini
Adalah perjuangan hati nurani
Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya
Kecuali dua puluh tahun yang lalu.
Dari : Tirani
Jassin, H.B. (2013) Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: PUSTAKA JAYA.
YANG KAMI MINTA HANYALAH
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan sajaPenawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu bapa sudah melihat gambarnya di koran kota
Dan kakilangit ke kakilangir air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak dari tumit, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret semua
Bila air surut tinggallah angin menudungi kami
Di atas langitdan di bawah lumpur di kaki
Kelopak podang di pohon randu
Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu
Yang kami minta hanya sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Air mancur warna-warni
Kirimlah kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan terisinya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami
Bertahun-tahun kita merdeka,bapa
Yang kami minta hanya sebuah bendungan saja
Kebulkanlah kiranya
Dari : Benteng
Jassin, H.B. (2013) Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: PUSTAKA JAYA.
KEMIS PAGI
Hari ini kita tangkap tangan-tangan kebatilanYang selama ini mengenakan seragam kebesaran
Dan menaiki kereta-kereta kencana
Dan menggunakan meterai kerajaan
Dengan suara lantang memperatas-namakan
Kawula dukana yang berpuluh-juta
Hari ini kita serahkan mereka
Untuk digantung di tiang Keadilan
Penyebar bisa fitnah dan dusta durjana
Bertahun-tahun lamanya
Mereka yang merencanakan seratus mahligai raksasa
Membeli benda-benda tanpa-harga di mancanegara
Dan memperoleh uang emas beratus-juta
Bagi diri sendiri, di bank-bank luar negeri
Merekalah penganjur zina secara terbuka
Dan menistakan kehormatan wanita, kaum dari ibu kita
Hari ini kita tangkap tangan-tangan Kebatilan
Kebanyakan anak-anak muda berumur baru belasan
Yang berangkat dari rumah, pagi tanpa sarapan
Telah kita naiki gedung-gedung itu
Mereka semua pucat, tiada lagi berdaya
Seorang ketika digiring, tersedu
Membuka sendiri tanda kebesaran di pundaknya
Dan berjalan perlahan dengan lemahnya.
Dari : Benteng
Jassin, H.B. (2013) Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: PUSTAKA JAYA.
PUISI BABAK FINAL
SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA
“Tadi siang ada yang mati, Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rejeki mereka
Mereka berteriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya
“Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!”
Dan ada yang turun dari truk, bu
Mengejar dan menyelami saya
“Hidup rakyat!” teriaknya
Saya dipanggul dan diarak-arak sebentar
“Hidup pak rambutan!” sorak mereka
“Terima kasih pak, terima kasih!
Bapak setuju kami, bukan?”
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
“Doakan perjuangan kami, pak!”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima-kasihnya
“Hidup pak rambutan! Hidup rakyat!”
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterima kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita”.
Dari : Tirani
Jassin, H.B. (2013) Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: PUSTAKA JAYA.
Komentar
Posting Komentar